Ladiestory.id - Bulan Juni diperingati sebagai Bulan Kesadaran Migrain dan Sakit Kepala, dalam hal ini Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI), didukung oleh Pfizer Indonesia, mengadakan rangkaian kegiatan sesi edukatif yang berlangsung dari 13 Juni hingga 3 Juli 2024 mendatang guna mengingatkan masyarakat untuk mengatasi penyakit migrain secara serius.
Badan Kesehatan Dunia menunjukkan secara global, migrain dan gangguan nyeri kepala secara umum memengaruhi sekitar 40% populasi global, atau 3,1 miliar orang pada tahun 2021, dan lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Migrain bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, termasuk di tempat kerja. Seorang pekerja yang memiliki jam kerja berlebihan, dapat jadi pemicu timbulnya migrain. Selain itu, postur duduk yang kurang baik, stres pekerjaan yang berlebihan, pola & jenis makan yang kurang baik, aroma yang menyengat, cahaya yang terlalu terang, serta penggunaan layar yang berlebihan juga bisa jadi salah satu pemicu migrain di tempat kerja.
Dalam paparannya tentang “Mitos dan Fakta tentang Migrain” yang digelar secara daring pada Rabu (19/6/2024), dr. RA. Dwi Pujiastuti, M.Ked(Neu), Sp.N. Subs. NN(K), menerangkan beberapa mitos terkait migrain, diantaranya:
- Mitos bahwa “Migrain hanyalah sakit kepala yang berat” adalah salah. Faktanya, Migrain merupakan penyakit neurologi dan menyerang seseorang pada masa puncak kehidupannya, antara usia 30 dan 49 tahun. Migrain dapat menyebabkan rasa sakit yang hebat yang bisa digambarkan sebagai berdenyut atau berdebar, seringkali menyerang dengan gejala terkait sensitivitas terhadap cahaya atau rasa mual.
- Mitos bahwa “semua migrain itu sama” adalah salah. Faktanya, setiap orang dapat mengalami spektrum pengalaman migrain yang berbeda. Satu orang mungkin dapat tetap menjalankan aktivitasnya selama terkena serangan, meski tidak dalam kapasitas penuh, sementara penderita lain mendapati bahwa migrain melumpuhkan. Migrain bersifat sedang hingga parah, dan seseorang dapat mengalami migrain parah tanpa mengalami muntah dan sensitivitas terhadap cahaya dan suara.
- Mitos bahwa “obat pereda nyeri yang dijual bebas dapat meredakan migrain” adalah salah. Faktanya, obat-obatan tersebut hanya membantu sampai taraf tertentu, dan tidak mengatasi gejala migrain berat atau migrain yang menyerang satu hingga dua kali per minggu. Pola penggunaan obat yang berlebihan dapat membuat migrain semakin parah.
Lebih lanjut, dr. RA. Dwi Pujiastuti juga menegaskan bahwa pekerja yang terserang migrain sangat memengaruhi produktivitas pekerja.
“Oleh sebab itu diagnosis dini migrain menjadi sangat penting agar perawatan yang tepat dapat diberikan untuk membantu menghentikan gejala migrain, dan sekaligus mencegah serangan migrain di kemudian hari,” tegasnya.