Ladiestory.id - Sejak dua tahun lalu, Kreaby telah mendobrak batasan-batasan dan memberdayakan seniman autistik di Indonesia. Kali ini, Kreaby ingin memberi kesempatan bagi karya-karya para seniman autistik untuk bermain dengan mereka yang kerap jadi sorotan musisi panggung. Kreaby menggandeng Sun Eater untuk menyelenggarakan pameran visual oleh seniman autistik pertama di platform audio, yang dinamakan ARTISM.
Seni sudah lama menjadi sarana terapi autisme untuk menyalurkan ekspresi, yang sudah terbukti membantu orang-orang di spektrum autisme untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Tetapi bagi sebagian dari mereka, menciptakan sebuah karya seni itu lebih dari terapi - seni sudah menjadi tujuan hidup dan mereka bercita-cita menjadi seniman sesungguhnya.
Seperti yang kita ketahui, cara orang dengan autisme atau kecenderungan neurodivergent lainnya dalam berkomunikasi dan memproses berbagai hal itu berbeda dengan orang lain pada umumnya. Sehingga, cara mereka bersosialisasi juga berbeda, termasuk dalam mensosialisasikan karya seni mereka.
Kreaby dan Sun Eater sangat memahami hal ini, sehingga ARTISM muncul sebagai bentuk pameran seni yang berbeda dari biasanya, berusaha mengekspos kepada publik sederetan karya seni luar biasa dari seniman autistik - sekelumit ekspresi artistik yang mungkin terabaikan dalam keseharian.
Lagu-lagu dari Feast, Hindia, Agatha Pricilla & Rayhan Noor, Aldrian Risjad, Lomba Sihir, Mantra Vutura dan Bilal Indrajaya mengambil peran sebagai bingkai yang memamerkan karya seni yang terinspirasi dari lagu-lagu tersebut, yang ditayangkan di layar ketika lagu-lagu ini diputar di platform musik.
Sebanyak total 18 karya seni dari seniman-seniman Kreaby, yaitu Gary Harlan, Jeremy Winata, Joey Santoso, Joshua Khendy, Ramadhika Asra dan Valentin Keken Christanto telah dikurasi dalam playlist ARTISM oleh Sun Eater, yang dapat diakses publik sepanjang September dan Oktober 2022.
Tak hanya terinspirasi dari lagu-lagu musisi Sun Eater, tiap karya seni didampingi oleh sajak pendek yang ditulis oleh para seniman tentang karyanya, yang membuka ruang yang lebih luas untuk interpretasi seni mereka. Melalui ARTISM, para seniman ini dapat bersosialisasi secara virtual dengan audiens mereka.
Tak hanya merangkul neurodiversity, pameran ini juga memberikan seniman autistik sebuah platform segar untuk belajar, beraksi dalam ekspresi dan berkembang di masyarakat.
“Melalui seni, perspektif baru akan terbuka. Seni mengurai kata-kata yang tak terucapkan, merefleksikan visi dari pemikiran rasa jiwa. Bagi para seniman autistik (di Kreaby), seni adalah bagian dari proses perjalanan panjang untuk berjuang melawan batasan-batasan. Kegigihan dalam meraih impian. Tiap karya seni adalah refleksi dari visi artis. Kami berharap ARTISM membuka perspektif yang mendorong publik untuk menerima dan merangkul keunikan dari setiap individu yang berbeda,” ujar Arani Aslama, Managing Director dari Kreaby.
Natasha Udu, Partnership & Commercial Lead dari Sun Eater, menyambut antusias kolaborasi ini. Melalui ARTISM, Sun Eater berharap ke depannya akan mendorong dan melahirkan lebih banyak lagi peluang dan kesempatan yang setara bagi para seniman di luar sana terutama seniman dalam spektrum autisme dan komunitas neurodivergent untuk memamerkan karyanya tanpa batasan apa pun sehingga kolaborasi lintas disiplin yang terjadi bisa lebih banyak lagi.