1. Lifestyle
  2. Arti Resesi Ekonomi Makro dan Dampaknya Pada Kehidupan
Lifestyle

Arti Resesi Ekonomi Makro dan Dampaknya Pada Kehidupan

Arti Resesi Ekonomi Makro dan Dampaknya Pada Kehidupan

Foto: Unsplash/Markus Winkler

Sejak terjadi pandemi Covid-19 dua tahun belakangan, istilah resesi ekonomi mulai banyak digaungkan di berbagai media. Pemberitaan mengenai resesi ekonomi yang ramai dibicarakan, selalu memberikan kesan yang negatif dan menyeramkan bagi siapapun yang mendengar. Memangnya apa sih arti resesi itu?

Dikutip dari The Economic Times, resesi adalah suatu perlambatan atau kontraksi besar-besaran yang terjadi pada kegiatan ekonomi. Perlambatan ekonomi yang signifikan ini umumnya mengarah pada keadaan resesi.

Jika kita flashback pada pelajaran ekonomi di bangku sekolah, diketahui bahwa kegiatan ekonomi dasar yang terjadi dalam suatu negara ada tiga macam yaitu produksi, distribusi, dan konsumsi. Jika tiga kegiatan ekonomi mengalami penurunan aktivitas dalam jangka waktu beberapa kuartal, maka di situlah resesi terjadi.

Indonesia sendiri mencatatkan resesi di tahun kuartal 3 tahun 2020 yaitu mengalami perlambatan ekonomi sebesar 3% setelah sebelumnya di kuartal 2 mengalami perlambatan 5,32%.

Arti Resesi bagi Masyarakat dan Penyebabnya

Keputusan ekonomi yang Anda ambil bisa berakibat pada terjadinya resesi yang nanti, dampaknya akan kembali pada Anda. Salah jika Anda berpikir bahwa perbincangan mengenai arti resesi hanyalah topik untuk orang-orang ‘penting’ belaka.

Resesi terjadi bukan hanya terjadi dalam jangka waktu 1 atau 2 bulan. Umumnya, resesi terjadi dalam jangka waktu 8 bulan bahkan lebih. Meskipun begitu, dampak dari resesi bisa dirasakan hingga bertahun-tahun jika tidak ditanggulangi dengan baik.

Resesi terjadi bukan dengan cara yang tiba-tiba. Ada beberapa faktor yang menyebabkan resesi bisa terjadi di suatu masyarakat.

      1. Kejadian Luar Biasa yang Berdampak pada Ekonomi

Pandemi, bencana alam, dan perang adalah beberapa contoh kejadian luar biasa yang akan berdampak langsung pada perekonomian. Kejadian luar biasa semacam ini akan memaksa aktivitas ekonomi untuk berhenti berputar seperti dalam keadaan normal.

      2. Naiknya Tingkat Suku Bunga

Naiknya tingkat suku bunga akan memberatkan masyarakat yang memiliki kredit di bank dan membuat risiko kredit macet menjadi semakin besar. Utang yang tak terkendali juga bisa membuat banyak orang menjadi bangkrut dan akhirnya melemahkan ekonomi.

Hal ini pernah dialami oleh Jepang di tahun 1991-2001. Kebijakan peningkatan suku bunga oleh Bank Nasional Jepang berakibat pada perlambatan ekonomi secara keseluruhan.

      3. Gelembung Aset

Gelembung aset terjadi saat tren membeli aset seperti properti dan investasi meningkat tak terkendali. Konsumen atau investor akan membelanjakan uangnya hanya karna emosi sesaat dan spekulasi bahwa di masa depan harga barang akan naik.

Layaknya gelembung, saat sudah kelebihan isi pasti akan meletus juga. Harga yang naik akibat dorongan membeli masyarakat yang tak terkendali akhirnya akan hancur pada titik tertentu. Jika sudah begini, bisa dipastikan ekonomi akan menjadi terganggu.

      4. Dampak Resesi

Perlambatan ekonomi yang terjadi dalam skala besar tentunya akan memberikan dampak negatif bagi banyak orang.

Saat kondisi ekonomi memburuk, masyarakat yang berperan sebagai konsumen akan lebih memilih berhemat atau dipaksa berhemat. Produsen kemudian kehilangan pembeli dan berujung pada kebangkrutan hingga PHK. Distributor pun akan merugi jika kegiatan jual-beli terhenti.

Bagaikan lingkaran setan, resesi jika terus dibiarkan akan berakibat buruk bagi kelangsungan suatu negara.

Kesimpulannya, arti resesi memiliki makna perlambatan perekonomian secara massive. Resesi terjadi karena beberapa faktor yang dibiarkan berlarut-larut. Dampak dari resesi, jika dibiarkan, akan dirasakan oleh semua kalangan mulai dari masyarakat, pengusaha, hingga pemerintah.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai arti resesi, faktor penyebab, hingga dampaknya bagi masyarakat. Semoga sekarang kamu sudah paham ya ladies mengenai resesi.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel