Ladiestory.id - Menjadi orang tua tunggal tentu akan menghadapi banyak sekali tantangan tersendiri dalam mengurus anak. Tidak hanya dari sisi orang tua, anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal juga dinilai memiliki kondisi yang lebih buruk jika dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh dengan orang tua yang lengkap.
Hal itu muncul dari stigma yang telah menjadi dasar pemikiran masyarakat, yang menganggap dan menilai bahwa keluarga dengan orang tua tunggal tidak diinginkan. Namun, stigma dan dasar pemikiran yang digadang-gadang dari penelitian atau survey seringkali tidak didukung oleh data yang kuat.
Perbedaan Kecil
Melansir dari The Conversation, sebuah penelitian menyimpulkan bahwa harga diri remaja dalam keluarga dengan orang tua tunggal lebih rendah dibandingkan dengan orang tua lengkap.
Penelitian lainnya juga menemukan perbedaan kecil dalam ranah pendidikan, yang tidak memengaruhi sebagian besar anak terlepas dari struktur keluarga. Penelitian lebih lanjut tidak menemukan perbedaan sama sekali dalam prestasi pendidikan anak, terlebih lagi jika penelitian mempertimbangkan faktor-faktor penting, seperti kemiskinan.
Misalnya, dalam sebuah Studi Kelompok Milenium yang mengamati perbedaan kesehatan dan kesejahteraan lebih dari 13 ribu anak berusia tujuh tahun. Survei tersebut menemukan bahwa hampir semua anak-anak yang tinggal di rumah tangga dengan orang tua lengkap memiliki kesehatan yang buruk, jika dibandingkan dengan anak-anak yang tumbuh bersama orang tua tunggal.
Perbedaan kecil lainnya ditemukan pada kesehatan mental, obesitas, dan asma. Namun, ketika kemiskinan diperhitungkan, hampir semua perbedaan yang signifikan hilang. Hal ini merupakan temuan penting karena keluarga dengan orang tua tunggal jauh lebih mungkin hidup dalam kemiskinan dibandingkan keluarga dengan orang tua lengkap.
Stereotip Masyarakat Terhadap Kesejahteraan
Terkadang ditemukan perbedaan antara orang tua tunggal dan orang tua lengkap dalam hal kesejahteraan, khususnya pada ibu.
Ibu tunggal lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan dengan ibu yang memiliki pasangan, hal ini diperburuk oleh tekanan finansial, tantangan dalam hubungan dengan mantan pasangan, dan kurangnya dukungan sosial. Berbeda dengan ibu tunggal, ayah tunggal justru lebih sering mendapatkan pujian dari masyarakat.
Stereotip serta dasar pemikiran masyarakat terhadap kesejahteraan anak yang tumbuh dengan orang tua tunggal seringkali terkesan meremehkan. Namun, sebenarnya perbedaan apapun dapat diperbaiki dengan memastikan adanya dukungan yang optimal, daripada harus memperburuk dengan stigma yang merugikan.