1. Health
  2. Anak Idap OCD? Ini Tips Cerdas Hadapi dan Dampingi Anak
Health

Anak Idap OCD? Ini Tips Cerdas Hadapi dan Dampingi Anak

Anak Idap OCD? Ini Tips Cerdas Hadapi dan Dampingi Anak

Ilustrasi anak OCD. (Special)

Ladiestory.id - Aktor Aliando Syarief baru saja membuat pengakuan melalui live Instagram. Ia mengatakan mengidap OCD selama dua tahun terakhir yang membuat hidupnya terganggu dengan penyakit tersebut.

OCD atau Obsessive Compulsive Disorder merupakan salah satu jenis gangguan mental dimana penyakit tersebut membuat penderitanya melakukan tindakan secara berulang-ulang. Seorang penderita OCD biasanya seperti mendapat bisikan untuk mengulang suatu tindakan dan jika tidak dilakukan maka akan diliputi kecemasan.

Ternyata OCD tak hanya dialami oleh orang dewasa, anak-anak juga dapat mengidap penyakit gangguan mental ini. Jika anak terlihat menata mainan atau barang-barangnya dengan mendetail dan susunan tertentu, mencuci tangan berulang kali atau bahkan ketakutan ketika kulitnya menyentuh tanah itu menjadi pertanda bahwa bisa saja si kecil mengidap OCD.

Anak akan mulai takut dengan hal baru atau takut dengan hal di sekelilingnya ketika menginjak usia 2,5 tahun hingga empat tahun. Jika pada usia lebih dari empat tahun anak masih sering ketakutan, orang tua perlu waspada akan adanya kemungkinan mengidap OCD.

Kalau anak sudah terdeteksi OCD oleh dokter, sebagai orang tua tak perlu khawatir. Yang perlu kita lakukan adalah dengan mendampinginya agar dapat sembuh dari OCD yang dideritanya.

Ladiestory.id telah merangkum tips menghadapi dan mendampingi anak yang mengidap OCD.

Jelaskan Permasalahan Kepada Anak

Mendampingi anak OCD. (Special)

 

Memberitahu anak tentang kondisi yang dialaminya saat ini merupakan hal penting. Anak perlu tahu bahwa semua ketakutan dan tindakan kompulsif yang dilakukannya perlu dihilangkan dan dilawan.

Hanya saja, berbicara dengan anak tentang kondisi ini memerlukan waktu dan cara yang tepat dalam melakukannya. Meminta bantuan dokter, psikiater atau psikolog juga dapat dilakukan untuk memberi pengertian kepada anak tentang kondisi yang sedang dialaminya.

Buat "Sebutan" Untuk Masalah Tersebut

Mendampingi anak OCD. (Special)

 

Salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua untuk menjelaskan gangguan OCD kepada anak adalah dengan memberi nama atau sebutan untuk gangguan tersebut. Orang tua mencoba mengarahkan anak untuk menganggap gangguan ini sebagai orang lain.

Orang tua bisa memberikan sebutan OCD dengan nama "si jahat" ataupun sebutan lainnya. Kemudian mintalah anak untuk menolak perintah "si jahat" agar tak melakukan hal-hal aneh.

Stop Berkata, "Berhenti lakukan hal itu!"

Ilustrasi anak OCD. (Special)

Ketika orang tua mendapati anak melakukan hal yang berulang-ulang, misalnya mencuci tangan berulang kali padahal tangan si kecil tidak kotor, sebaiknya orang tua tak menyuruhnya berhenti secara langsung. Ucapan seperti "Jangan lakukan hal itu terus menerus!" justru akan melukai hati anak.

Cobalah untuk membujuknya dengan halus dan lembut. Gunakan sebutan yang telah disepakati tadi.

"Si jahat menyuruh adik untuk mencuci tangan berulang kali, ya? Katakan kepadanya bahwa tangan adik sudah bersih dan tak perlu melakukannya berulang-ulang. Ayo usir si jahat agar tak mengganggu lagi!" misalnya.

Beri Keyakinan Pada Anak

Memberi keyakinan pada anak. (Special)

Anak yang memiliki gangguan OCD biasanya akan merasa mudah cemas dan kehilangan keyakinan. Anak dengan OCD biasanya akan melontarkan pertanyaan untuk meyakinkan dirinya.

Nah, yang perlu dilakukan orang tua adalah memberikan keyakinan pada sang anak bahwa ia telah melakukannya dan sudah benar. Dan tak perlu mengulang hal tersebut lagi. Sampaikan dengan bahasa yang positif dan dengan intonasi halus dan lembut.

Dampingi Ketika Proses Terapi

Ilustras ibu menemani anak ke dokter. (Special)

Ketika anak telah dinyatakan menderita OCD, maka biasanya akan disarankan untuk mengikuti terapi. Ada dua jenis terapi yang perlu dilakukan yaitu terapi perilaku dan terapi medis. Kegiatan terapi tak cukup jika hanya dilakukan satu kali, namun memang perlu dilakukan beberapa kali.

Ada kalanya anak akan merasa bosan mengikuti serangkaian kegiatan terapi. Mengingat terapi sangat penting untuk perkembangan anak, maka orang tua perlu sedikit mengalah dengan mendampingi anak ketika proses terapi.

Dengan kehadiran orang tua di sisi anak, anak akan merasa lebih enjoy dan dapat mengurangi rasa khawatir anak. Selain itu, dengan mendampingi anak dalam proses terapi dapat menunjukkan bahwa orang tua selalu ada dan mendukung anak.

Topics :
Artikel terlalu panjang? klik untuk rangkuman :
Bagikan Artikel