Pengujian produk terhadap hewan, dikenal dengan istilah “animal testing”. Animal testing wajib diberlakukan sebagai salah satu prosedur sebelum peluncuran suatu produk. Hal ini dilatar belakangi oleh suatu kejadian, dimana seorang wanita mengalami kebutaan setelah menggunakan maskara (salah satu jenis kosmetik).
Pasca kejadian tersebut Undang-Undang Federal Amerika mencantumkan perlunya pengujian produk yang hendak dijual di pasaran. Meskipun kodifikasi tersebut mulanya hanya berlaku bagi industri kosmetik, makanan dan obat-obatan di Amerika, namun karena mayoritas industri raksasa berasal dari Amerika maka industri kecil menjadikan aturan tersebut sebagai acuan untuk meluncurkan suatu produk, sehingga mereka turut mengadopsi aturan mengenai animal testing.
Sayangnya, praktik animal testing ternyata memiliki dampak yang cukup mengenaskan bagi psikologi maupun fisiologi hewan yang menjadi objek penelitian. Tak jarang, hewan tersebut menghirup asap beracun, tidak dapat bergerak selama berjam-jam, beberapa memiliki lubang yang dibor ketengkorak mereka, mengalami luka bakar pada kulit, ataupun tulang belakangnya hancur. Belum lagi selama pengujian, hewan tersebut tidak mendapatkan biusan pain relief , sebab pembiusan membuat pengujian tidak optimal. Bahkan, diperkirakan 10.000 hewan mati setelah melalui pengujian bahan kimia.
Alasan Kenapa Animal Testing Harus Segera Dihentikan
Hal pertama yang menjadi alasan adalah percobaan pada binatang sangat tidak berperasaan. Hewan yang dijadikan bahan percobaan tidak mendapatkan tempat tinggal yang layak. Bahkan, makan saja mereka tidak diberikan karena tujuan mereka ada di lab untuk mencoba berbagai formula dan zat kimia saja.
Hasil yang didapatkan dari animal testing juga belum tentu akurat. Jumlah hewan yang menjadi korban di laboratorium mencapai ratusan juta sangat tidak sebanding dengan hasil temuan bahan yang disetujui oleh drug regulator yang jumlahnya hanya 25 bahan baru per tahun. Selain itu, 95% dari jumlah bahan-bahan yang sudah diuji coba ke hewan ternyata gagal ketika diuji coba pada manusia melalui human trials.
Negara yang Sudah Melarang Animal Testing
Menurut Michelle Thew, Chief Executive dari Cruelty Free International, animal testing adalah metode yang kuno, mahal, dah tidak akurat. Animal testing hanya bisa memprediksi human reaction 40-60% sedangkan ada cara lain yang lebih tepat hingga 80%.
Karena berbagai pertimbangan, ada beberapa negara yang memiliki hukum no animal testing, seperti Israel, India, Turki, Uni Eropa, Norwegia, Brazil, Korea Selatan, dan New Zealand. Selain melarang percobaan pada binatang, negara ini juga melarang produk impor masuk ke pasar jika masih menggunakan metode animal testing.
Kamu tidak perlu bingung memilih brand yang tidak melakukan percobaan pada binatang , sudah banyak beauty brand yang memasang logo cruelty free salah satunya Avoskin. Masih banyak lagi brand lokal yang menerapkan no animal testing ini. Kamu cukup lihat logo yang tertera pada packaging produk kecantikan kalian.
Yuk, mulai sekarang perhatikan produk kecantikan yang kamu beli. Dengan tidak mendukung brand atau perusahaan yang melakukan percobaan pada binatang , pasti mereka akan hilang secara perlahan.
Sumber Foto Utama: istockphoto.com