Ladiestory.id - “Kritik”, terutama di tempat kerja, acap kali menjadi kata yang menakutkan bagi sebagian individu. Hal ini terjadi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang butuh penerimaan dari sekitar. Ketika mendengar dirinya dikritik, respons alamiah pertama yang sering kali terjadi adalah baper. Orang tersebut akan cenderung merasa malu, rendah diri, bahkan merasa keberadaannya tidak berarti bagi orang-orang di sekelilingnya.
Sebenarnya, dampak dari sebuah kritik bisa berbeda-beda bagi tiap individu. Hal ini tergantung pada bagaimana seseorang meresponsnya. Meski wajar, sikap baper dalam merespons sebuah kritik lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat. Jadi, daripada bersikap negatif yang justru akan merugikan diri sendiri, yuk simak 5 tips anti baper menghadapi kritik di tempat kerja berikut ini.
Don’t Take It Personally
Ketika seseorang menerima kritik di tempat kerja, hal pertama yang bisa dilakukan adalah mengidentifikasi kritik itu sendiri. Apakah kritik tersebut lebih bersifat personal atau profesional? Apabila berkaitan dengan pribadi, cara yang mungkin bisa dilakukan untuk meresponsnya adalah dengan mengajak bicara pihak yang mengkritik, kemudian introspeksi, lalu bisa pula dilanjutkan dengan mencari second opinion.
Tak melulu kritik orang itu akurat, benar sesuai dengan kondisi yang dialami. Jadi, Ladies boleh lho memilah mana kritik yang layak diterima, mana yang tidak. Kalau kritik itu tidak benar, cobalah lakukan pendekatan untuk membuatnya mengerti. Apabila masih tak bisa diajak kompromi, membatasi interaksi dengan orang tersebut mungkin bisa pula dilakukan, selama tidak menggangu kekompakan tim. Ingatlah selalu bahwa diri sendiri juga punya hak untuk menjaga kesehatan mental.
Apabila muatan kritik berkaitan dengan ranah profesional, maka pastikan diri tidak overthinking. Sebagai contoh, seorang Customer Service menerima pelanggan yang mengajukan keluhan tentang produk yang tak sesuai janji promosi. Sadarilah bahwa meski pelanggan tersebut mengeluh di hadapan Ladies, sebenarnya ia sedang mengkritik perusahaan tempat Ladies bekerja, bukan Ladies secara pribadi. Teknik memilah kritik ini diharapkan dapat membantu Ladies tetap rasional meski sedang menghadapi keluhan pelanggan secara langsung.
Cek Urgensi
Meski pepatah bijak mengatakan “kritik adalah hadiah”, tak lantas membuat semua keberatan itu layak untuk diterima dan diperbaiki saat itu juga. Ada kalanya kritik yang diutarakan seseorang itu tidak penting, tidak mendesak untuk segera diperbaiki, bahkan tidak relevan dengan situasi yang jadi target kritiknya.
Hal yang mungkin bisa Ladies lakukan ketika mendapat kritik antara lain dengan mengukur tingkat kritik tersebut sesuai derajat kepentingan, urgensi dan relevansinya. Hal ini penting dilakukan mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya yang dimiliki.
Bayangkan Ladies memimpin sebuah tim yang sedang mengerjakan proyek pengembangan aplikasi digital e-commerce di perusahaan. Diantara anggota tim ada yang menilai bahwa program kerja yang Ladies rencanakan terlalu banyak. Alih-alih fokus pada agenda kerja yang sudah disusun, ia justru menambah usulan aktivitas-aktivitas yang tidak urgent untuk dilakukan saat itu, misalnya menambah fitur games.
Menurut pertimbangan Ladies, membuat fitur cara bayar dan sistem keamanan bertransaksi lebih mendesak untuk dikerjakan. Jika menjumpai kritik seperti ini, tentu sebagai leader, Ladies bisa menerima kritik anggota tim tersebut, tetapi bukan untuk dikerjakan segera, melainkan disimpan sebagai agenda selanjutnya.
Open Minded
Berkaitan dengan poin pertama, ketika sebuah kritik datang, entah berkaitan dengan pribadi maupun pekerjaan, ada baiknya seseorang tetap open minded dan meminta pendapat pihak-pihak yang dianggap bisa dipercaya dalam menilai masalah dan membantu menemukan alternatif solusinya. Second opinion sangat diperlukan untuk memvalidasi kritikan tersebut. Hal itu juga dapat membantu individu yang dikritik untuk tetap berpikir rasional.
Bayangkan misalnya Ladies dikritik oleh seorang anggota tim bahwa activity plan yang dirancang terlalu ketat. Alih-alih menelan bulat-bulat kritik tersebut, lalu baper sendiri, akan lebih bijaksana apabila Ladies mencoba mencari second opinion. Misalnya dengan bertanya pada atasan Ladies atau sesama ketua tim yang pastinya pernah menyusun rencana kerja serupa. Satu hal yang perlu dicatat, pastikan pihak-pihak yang dimintai pendapatnya adalah mereka yang mendukung karir Ladies selama ini. Hal ini untuk menjaga agar opini yang diberikan obyektif.
Tenang dan Klarifikasi
Memang mudah mengucapkan kata “tenangkan diri” saat dikritik. Nyatanya, kebanyakan manusia lebih cepat baper dan tidak rasional ketika mendengarnya. Apalagi ketika kritik itu disampaikan dengan cara yang menyinggung. Namun, siapa dan bagaimana orang mengkritik adalah faktor-faktor yang tak mungkin atau sulit untuk dikendalikan seseorang karena berasal dari luar dirinya.
Hal yang paling mungkin untuk dilakukan ketika seseorang mendapat kritik adalah dengan mengendalikan diri sendiri. Bagaimana cara mengendalikan diri ketika dikritik? Ladies bisa memulainya dengan berhenti sejenak. Apabila memungkinkan, tenangkan diri dengan pergi ke alam terbuka untuk sejenak menghirup udara segar atau ke toilet sekadar membasuh wajah dan mencuci tangan.
Setelah fisik terasa lebih rileks, coba lakukan pendekatan kepada pihak yang mengkritik. Lakukan klarifikasi agar Ladies dapat memahami obyek yang dikritik, tidak timbul misperception dan memberi kesan bahwa Ladies mendengarkan kritik itu dengan serius. Teknik klarifikasi bisa dilakukan dengan paraphrasing atau bisa pula dengan menyatakan hal-hal seperti “Terima kasih karena sudah memperhatikan saya dengan tulus. Ini adalah sudut pandang yang baru bagi saya. Saya akan mencoba untuk mempertimbangkan masukan Anda. Saya akan hubungi Anda kembali.” Kata-kata seperti itu kadang justru akan membuat pengkritik berbalik menaruh simpati dan hormat pada kebijaksanaan Ladies.
Rasionalisasi
Sadarilah bahwa tak ada kehidupan manusia yang bebas dari kritik, keluhan atau keberatan orang lain. Dari hal sesederhana gaya potongan rambut hingga urusan-urusan yang lebih besar dan kompleks seperti profesionalitas dan kinerja, semuanya berpotensi untuk dikritik. Ketika seseorang sudah menyadari bahwa mustahil dalam hidup ini menghindari kritik, harapannya adalah otaknya akan lebih siap mengatur dan memilih emosi, pola pikir serta sikap dan perilaku yang paling berguna untuk diterapkan sebagai respons terhadap kritik tersebut.
Dr. Sarah McKay, seorang neuroscientist lulusan Oxford University, mengemukakan bahwa “We the architects of our thinking and behaviour, we are also the architect of our emotions. Emotions are not reactions to the world. You are not a passive receiver of sensory input but an active constructor of your emotions. From sensory input and past experience, your brain constructs meaning and prescribes action”.
Jadi, pada dasarnya, apapun stimulus yang datang dari luar diri, termasuk pengalaman dikritik, tergantung pada bagaimana seseorang memanfaatkan otaknya untuk berpikir rasional dalam menentukan cara yang paling bermanfaat untuk merespons kritikan tersebut, baik secara emosi, sikap maupun tindakan nyata.
Itulah 5 tips anti baper menghadapi kritik di tempat kerja. Semoga bermanfaat!