Ladiestory.id - Hari Waisak merupakan salah satu hari yang penting bagi umat Buddha. Hari Waisak merupakan perayaan tiga momen penting bagi umat Buddha yaitu untuk kelahiran, pencerahan, dan kematian Buddha Gautama. Maka tak heran jika Waisak disambut dengan meriah oleh umat Buddha di seluruh penjuru dunia.
Saat hari raya Waisak, biasanya akan diadakan perayaan atau tradisi tertentu seperti berdoa di kuil atau vihara. Selain berdoa, umat Buddha juga akan menghidangkan berbagai jenis kuliner khas yang identik dengan perayaan Waisak.
Ladiestory.id telah merangkum lima kuliner khas dari berbagai negara yang disajikan saat perayaan Waisak. Apa saja?
Buah dan Sayur
Umat Buddha di Tibet memiliki cara tersendiri dan unik dalam merayakan hari raya Waisak. Masyarakat Tibet berusaha membebaskan semua hewan yang biasa dikonsumsi seperti ikan dan ayam ke alam bebas. Umat Buddha di Tibet percaya dengan membebaskan hewan tersebut adalah salah satu perbuatan terpuji dan maka mereka akan mendapatkan pahala.
Oleh karena itu, tak heran jika saat perayaan Waisak di Tibet tidak akan ditemukan menu makanan yang berasal dari hewan. Mereka hanya diperbolehkan menyajikan dan makan makanan berupa buah dan sayur saja.
Mangut Beong
Berbeda dengan umat Buddha di Tibet, umat Buddha di Indonesia tetap mengonsumsi olahan makanan yang berasal dari hewan. Olahan makanan yang kerap disajikan saat perayaan Waisak yaitu mangut beong. Makanan ini merupakan makanan khas dari Magelang, Jawa Tengah.
Mangut beong merupakan makanan yang menggunakan ikan beong asap sebagai bahan utama pembuatannya. Kemudian ikan ini diolah dengan menggunakan bumbu dan rempah-rempah khas Nusantara. Mangut beong disajikan dengan kuah santan yang pedas dan menggugah selera. Kuliner ini sangat cocok disantap dengan nasi hangat.
Chirashi
Umat Buddha di Jepang merayakan hari raya Waisak dengan menyelenggarakan festival bunga yang disebut Hana Matsuri. Festival ini diadakan untuk menyambut hari lahirnya Buddha. Umat Buddha di Jepang sangat antusias menyelenggarakan festival bunga ini.
Selama berlangsungnya festival Hana Matsuri ini, umat Buddha yang datang mengunjungi kuil wajib mengenakan kimono. Umumnya, untuk perempuan mengenakan kimono dengan warna yang cerah sementara untuk pria menggunakan kimono berwarna gelap.
Selain itu, terdapat pula makanan khas yang disajikan dan dimakan oleh umat Buddha selama festival Hana Matsuri adalah chirasi. Chirasi merupakan sejenis sushi yang disajikan dengan sayur dan aneka seafood.
Kaju Paan
Jika umat Buddha di Indonesia menyajikan makanan khas dengan cita rasa yang pedas dan gurih saat perayaan Waisak, umat Budha di Sri Lanka menyajikan makanan khas dengan cita rasa manis. Kaju paan menjadi makanan khas yang kerap disajikan saat perayaan keagamaan di Sri Lanka, baik itu perayaan Waisak, Natal, maupun Diwali.
Kaju paan terbuat dari bahan utama yaitu campuran tepung kacang mete, tepung biji melon, dan rebusan daun sirih. Kemudian ketiga bahan tersebut dicampur dan diuleni menjadi adonan yang kalis. Setelah itu, adonan tersebut diisi dengan kelopak bunga mawar, gula, dan kacang almond, lalu digulung. Sekilas, makanan ini hampir mirip dengan makanan khas India yaitu kaju katli.
Kheer
Masyarakat India menyebut perayaan hari raya Waisak dengan Buddha Purnima. Saat perayaan Buddha Purnima ini, umat Buddha di India akan berbondong-bondong datang ke kuil untuk beribadah. Selain itu, mereka juga memiliki tradisi unik saat hari Waisak. Pada hari peringatan kelahiran Buddha tersebut, mereka akan menyajikan dan menikmati hidangan khas yaitu kheer.
Cara pembuatan kheer hampir sama dengan pembuatan bubur nasi. Pertama, kamu perlu merebus nasi dan susu sambil sesekali diaduk. Selanjutnya, tambahkan bumbu dan rempah seperti gula, kismis, dan kapulaga. Aduk perlahan hingga merata. Kheer dapat disajikan dengan menambahkan kacang almond sebagai topping-nya.
Masing-masing negara di dunia memiliki tradisi dan makanan khas saat perayaan hari raya Waisak. Dari kelima kuliner tersebut, mana yang ingin kamu coba?