Ladiestory.id - Banyak orang menganggap bahwa film yang berisi nilai-nilai nasionalisme atau cinta tanah air identik dengan film-film perang pada zaman penjajahan. Meskipun tak salah, banyak pula karya-karya sineas Indonesia yang berlatar era modern atau pasca kemerdekaan juga menyimpan pesan-pesan nasionalisme.
Film apa sajakah itu? Berikut 5 judul film dengan setting masyarakat Indonesia di era modern yang dapat meningkatkan rasa nasionalismemu.
Tanah Air Beta (2010)
Film garapan sepasang suami istri yang juga berprofesi sebagai aktor dan aktris, Ari Sihasale dan Niav Zulkarnaen, pada 2010 ini bercerita tentang konflik internal dalam sebuah keluarga yang harus menjalani kehidupan terpisah akibat berpisahnya Timor Timur dari Indonesia pada 1999.
Diwarnai perjuangan seorang ibu yang terpaksa harus tinggal terpisah dari salah satu anaknya karena lebih memilih untuk tetap menjadi warga negara Indonesia membuat film ini menarik untuk disaksikan.
Rasa nasionalisme yang ditunjukkan tokoh utama, Tatiana (diperankan aktris Alexandra Gottardo) dan Merry (Griffit Patricia), membawa pesan betapa kecintaan pada tanah air sanggup mengalahkan kehilangan anggota keluarga meski hanya untuk sementara.
Selain menyoroti rasa cinta tanah air, film ini juga terasa lengkap karena juga menyuguhkan keseharian asli bangsa Indonesia yang beragam namun tetap selaras. Ditandai dengan hadirnya tokoh keturunan Arab bernama Abu Bakar (diperankan aktor Asrul Dahlan) yang bersahabat baik dengan Tatiana meski berbeda budaya.
Kemudian terdapat pula tokoh sepasang suami istri yang berasal dari etnis Tionghoa, Koh Ipin (diperankan aktor Robby Tumewu) dan Cik Irene (diperankan aktris Thessa Kaunang) yang juga berteman dengan mereka.
Tanah Surga Katanya (2012)
Film yang berhasil merebut banyak penghargaan pada ajang Festival Film Indonesia 2012 dan Maya Awards di tahun yang sama ini merupakan produksi Demi Gisela Citra Cinema yang tak lain merupakan rumah produksi yang didirikan aktor “Naga Bonar”, Deddy Mizwar.
Tak hanya memboyong tropi sebagai “Best Film”, sang Sutradara, Herwin Novianto, juga berhasil menjadi “Best Director” pada ajang yang sama, FFI 2021.
Karya sineas Indonesia yang tayang perdana pada 15 Agustus 2012 ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang tinggal di perbatasan Indonesia – Malaysia, tepatnya di pulau Kalimantan bagian Utara yang berbatasan langsung dengan wilayah Sarawak, Malaysia.
Perjuangan mempertahankan rasa nasionalisme pada negeri di tengah belenggu realitas kehidupan yang sulit karena luput dari perhatian pemerintah, sementara di sisi lain negeri seberang menawarkan banyak kemudahan, membuat film ini menarik untuk ditonton.
Film ini memberi penyadaran kepada para pemangku jabatan di negeri ini akan pentingnya memelihara batas-batas negera termasuk memperhatikan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal ini untuk melindungi Indonesia dari isu-isu disintegrasi dan pemberontakan yang bisa berujung pada klaim wilayah oleh negeri lain yang berbatasan langsung dengan Indonesia.
3 Srikandi (2016)
Meski tak bertema perang di zaman perjuangan, film ini mengandung nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme bangsa dengan cara yang berbeda. Jika pada zaman kolonial bangsa Indonesia berjuang mengangkat senjata melawan kekejaman penjajah, maka melalui film ini bangsa Indonesia diberi contoh bagaimana semestinya seorang anak bangsa berjuang di era milenial.
Ya, salah satunya seperti apa yang dilakukan tim panahan putri Indonesia pada ajang Olimpiade musim panas di Seoul, Korea Selatan pada 1988. Film biopik ini mengisahkan perjuangan keras 3 Srikandi Panahan Indonesia.
Nurfitriyana Saimang Lantang (Bunga Citra Lestari), Lilies Handayani (Chelsea Islan) dan Kusuma Wardhani (Tara Basro) bersama sang pelatih bertangan dingin bernama Donald Pandiangan (Reza Rahadian) dalam mempersembahkan medali pertama bagi kontingen Indonesia di ajang Olimpiade.
Jadi heroine (pahlawan perempuan) dalam semalam nyatanya tak semudah yang dipikirkan orang. Tak diunggulkan justru membuat ketiga putri terbaik Indonesia dalam bidang panahan pada masanya ini tampil tanpa beban. Hasilnya, mereka bisa mencetak sejarah penting dalam dunia olahraga Indonesia.
Menyiratkan semangat patriotisme dan nasionalisme, film garapan sutradara Iman Brotoseno ini tayang perdana pada 4 Agustus 2016 lalu, bertepatan dengan bulan kemerdekaan Indonesia.
Melalui film ini, harapannya dengan meneladani kegigihan para pejuang di arena olahraga agar, seluruh anak bangsa dapat bangkit mengusahakan yang terbaik dari apa yang mampu dilakukannya, bisa dari bidang olahraga, science, atau bahkan seni, sehingga negeri ini bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Laskar Pelangi (2008)
Film yang mengangkat dunia pendidikan di Indonesia ini merupakan produksi dua sineas hebat Indonesia, Riri Riza da Mira Lesmana. Kiprah mereka di dunia perfilman Indonesia tentu sudah tak perlu diragukan lagi. Kerap mengambil sudut cerita yang unik, sarat nilai-nilai humanis, bahkan tak jarang menggugah rasa cinta tanah air, seakan menjadi jaminan kesuksesan film tersebut.
Tak mengherankan apabila kemudian film ini menjadi satu dari enam film terlaris Indonesia hingga artikel ini ditulis. Mengambil latar kehidupan masyarakat Bangka Belitung, film ini berhasil menyadarkan banyak pihak akan pentingnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa.
Di sisi lain, cerita berdurasi 125 menit yang beredar sejak 25 September 2008 ini, mengungkap potret dunia pendidikan yang masih memprihatinkan di tengah pembangunan area perkotaan yang terus digalakkan pemerintah.
Hendaknya, dari film ini seluruh elemen bangsa terutama para pemangku kebijakan dapat berkaca untuk mengambil tindakan nyata yang lebih berpihak pada dunia pendidikan Indonesia. Lewat pendidikan lah, Indonesia dapat mencetak penerus bangsa yang cerdas, terampil serta memiliki semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi.
Denias, Senandung di Atas Awan (2006)
Kerap mengusung tema kedaerahan terutama wilayah Indonesia bagian Timur, Alenia Pictures pada 2006 lalu memproduksi sebuah film berlatar alam bumi Cendrawasih, Papua, dengan judul “Denias, Senandung di Atas Awan”. Serupa dengan “Laskar Pelangi”, film ini juga mengetengahkan potret perjuangan tunas-tunas bangsa Indonesia dalam mendapatkan pendidikan yang layak di desanya.
Seperti halnya “Laskar Pelangi”, film ini juga menampilkan eksotisme alam Indonesia yang masih jauh dari publikasi media. Meski tak secara langsung berkaitan dengan tema-tema kepahlawanan, namun film ini diharapkan mampu meningkatkan rasa cinta tanah air lewat keindahan alam yang diekspos di sepanjang pemutaran filmnya.
Ladies, itulah film-film karya sineas Indonesia yang bertema patriotisme dan nasionalisme. Menemani libur perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-77 pada 17 Agustus 2022, yuk tonton ulang film-film tersebut. Merdeka!