Sebagai destinasi populer di Provinsi Nusa Tenggara, Lombok terkenal akan 3 pulau Gili, spot menyelam yang menawan, sejumlah pantai terpencil dan Gunung Rinjani. Namun, selain wisata alam yang menarik, Lombok juga merupakan rumah bagi Suku Sasak, suku asli pulau ini yang tinggal di Desa Sade yang berjarak hanya 5 kilometer dari bandara internasional Lombok. Budaya suku Sasak sangatlah berwarna, salah satunya adalah kain tradisionalnya yang tak hanya menawan tetapi juga seru untuk diulas.
Motifnya dipengaruhi budaya Hindu dan Islam
Ragam motifnya dipengaruhi oleh budaya yang telah memengaruhi suku Sasak. Saat masa Hindu, motifnya berupa tumpal atau pucuk rebung yang punya bentuk segitiga mirip dengan deretan gunung. Motif ini melambangkan Dewi Sri. Saat Islam masuk, motif kain pun lebih dominan tumbuh-tumbuhan, seperti suluran, pucuk rebung, pohon hayat, bunga-bunga dan bunga bersusut delapan seperti bintang.
Masih lekat dengan masyarakat Lombok
Di Lombok kain tenun masih dipakai dalam upacara adat seperti pada acara peraq api atau puput pusar bayi, berkuris atau mencukur rambut bayi, sorong serah aji krama atau penyerahan kain tenun dari keluarga mempelai pria kepada keluarga istri, dan besunat atau khitan. Sementara dalam kehidupan sehari-hari, kain tenun dipakai untuk menggendong anak, selimut, beribadah, dan penutup jenazah. Dan, desa Sade, seorang perempuan baru diperbolehkan menikah kalau sudah pandai menenun.
Menggunakan bahan alami
Untuk bahan membuat benang mengggunakan kapas, kulit kayu, serat pisang, serat nanas, daun palem dan lain sebagainya. Untuk pembuatan zat warnanya sendiri terdiri dari dua warna yaitu biru dan merah. Warna biru didapatkan dari mengkudu. Selain menggunakan mengkudu sebagai bahan pewarna, mereka juga menggunakan pewarna dari bahan tumbuhan lain seperti kesumba atau sono keling.
Ditenun oleh perempuan Sasak
Menenun adalah mata pencaharian utama kaum perempuan suku Sasak. Mereka melakukannya dengan cara yang masih tradisional, mulai dari pencelupan warna, pemintalan benang, hingga menenunnya menggunakan alat tenun tradisional.
Prosesnya dari seminggu sampai bulanan
Satu kain tenun seukuran taplak meja dapat diselesaikan dalam waktu satu minggu, sementara kain tenun ukuran besar penyelesaiannya membutuhkan waktu hingga bulanan. Tergantung pada pola motifnya. Proses menenun kain Sasak masih dilakukan dengan cara manual, mulai dari pencelupan warna, pemintalan benang, hingga menenunnya menggunakan alat tenun tradisional.
Desa Sade dan Sukarara, penghasil tenun Sasak
Desa Sade terletak di Rambitan, Lombok Tengah ini berjarak 5 km dari Bandara Internasional Lombok (LOP). Pintu Gerbang Sade berada persis di tepi jalan utama menuju Pantai Kuta. Dusun Sade menjadi salah satu tujuan utama wisatawan yang berburu kain tenun Sasak. Proses menenun kain Sasak dapat disaksikan langsung di dua desa ini, sehingga kita akan mengetahui bagaimana sulitnya proses penenunan hingga akhirnya bahan kain tersebut bisa menjadi sehelai kain.
Kain tradisional Lombok terbagi menjadi dua jenis; tenun songket dan tenun ikat. Kain tenun songket biasanya penuh warna dan dapat terbuat dari benang katun, perak, atau emas, sedangkan tenun ikat lebih sederhana dan fungsional. Sedangkan, kain tenun ikat Sasak merupakan bagian penting dalam keseharian suku ini.