?
Kita membuat daftar keinginan yang begitu panjang setiap tahunnya, namun tak menghabiskan cukup waktu untuk mempertanyakan mengapa kita menginginkan semua hal itu.
?Apa resolusi Tahun Baru-mu??
Pertanyaan ini mungkin kerap kita dengar, terutama menjelang momen pergantian tahun seperti sekarang ini. Atau mungkin kita termasuk di antara mereka yang menghabiskan awal tahun dengan membuat Resolusi Tahun Baru kita sendiri?bertekad agar di tahun baru kita bisa mencapai sesuatu yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Maka kita pun menulis berbagai hal yang ingin kita capai atau alami di tahun yang baru?dari berbagai kebiasaan yang lebih baik agar kita lebih sehat dan produktif, maupun pencapaian-pencapaian seperti mendapatkan promosi di tempat kerja, mendapatkan penghasilan tambahan, jalan-jalan ke tempat-tempat menarik di berbagai pelosok negeri, dan masih banyak lagi.
Namun, ketika bulan demi bulan berlalu dan tak terasa kita sampai lagi di penghujung tahun berikutnya, banyak di antara kita yang menyadari bahwa Resolusi Tahun Baru kita itu tak juga terwujud. Kita masih saja memiliki kebiasaan-kebiasaan buruk yang ingin kita hilangkan, kita masih terpaku di pekerjaan yang sama dengan penghasilan yang sama, dan kita masih saja tak bisa menyisihkan cukup uang untuk pergi jalan-jalan seperti yang kita inginkan.
Mengapa? Mungkin 5 alasan ini bisa memberi tahu mengapa Resolusi Tahun Baru kita seakan terlupakan begitu saja:
1. Kita tak menginginkan hal-hal tersebut. Kita hanya beranggapan bahwa kita seharusnya menginginkan hal-hal tersebut.
Mungkin kita tak sungguh-sungguh menginginkan pekerjaan baru. Tak merasa bahwa mengajukan kredit untuk memiliki rumah merupakan hal yang kita inginkan saat ini. Mungkin kita sebenarnya tak terlalu suka traveling dan lebih suka diam di rumah saja: menekuni hobi, atau bercanda-tawa bersama keluarga. Tetapi kita menuliskan hal-hal yang tak sungguh-sungguh kita inginkan itu, karena orang lain menganggap hal-hal tersebut baik. Karena keluarga menganggap hal-hal tersebut adalah ukuran kesuksesan. Karena kawan-kawan kita berpendapat bahwa traveling itu wajib hukumnya. Karena masyarakat beranggapan bahwa memiliki rumah di usia muda itu keren.
2. Hal-hal yang kita inginkan itu ?menyenangkan? untuk diraih atau dimiliki, namun sebenarnya tak terlalu penting bagi kehidupan kita.
Ketika membuat Resolusi Tahun Baru, kita mungkin menuliskan begitu banyak hal yang ingin kita raih atau kita miliki. Sekarang, dari sebegitu banyak hal yang kita tuliskan itu, seberapa banyak di antaranya yang sungguh-sungguh penting? Jika kita tak berhasil meraih atau memilikinya, apa dampaknya bagi kehidupan kita?
Apabila hidup kita masih akan berjalan baik-baik saja ketika hal-hal yang kita tuliskan itu tak tercapai atau tak berhasil kita miliki, artinya hal-hal itu sebenarnya tak cukup penting bagi kita. Karena kita tak menganggap hal-hal itu penting, wajar jika kita pun tak punya dorongan yang cukup kuat untuk meraih atau mewujudkannya.
3. Kita tak tahu mengapa kita menginginkan hal-hal tertentu.
Pernahkah kita meluangkan waktu untuk menilik kembali daftar hal-hal yang kita tuliskan sebagai Resolusi Tahun Baru kita, dan bertanya pada diri kita sendiri tentang mengapa kita menginginkan hal-hal itu?
Mengapa kita ingin memiliki pasangan atau menikah di tahun yang akan datang? Mengapa kita ingin berhenti dari pekerjaan kita? Mengapa kita ingin memiliki telepon pintar seri terbaru itu? Mengapa kita ingin memiliki penghasilan 20 juta rupiah per bulan? Mengapa kita ingin menurunkan berat badan?
Ketika kita mempertanyakan ?mengapa? kita menginginkan hal-hal tertentu, kita akan dihadapkan pada hal-hal yang memang sesungguhnya kita inginkan. Apakah kita ingin memiliki pasangan karena kita seringkali kesepian ditinggalkan kawan-kawan yang pergi berkencan? Jika ya, maka yang sebenarnya kita inginkan adalah untuk merasa bahagia, produktif, dan ?penuh? sehingga kita tak akan sempat merasa kesepian. Apakah untuk merasa demikian hanya bisa diraih jika kita memiliki pasangan? Tentu tidak.
Jika kita ingin menurunkan berat badan agar kita terlihat lebih menarik dan lebih percaya diri, sesungguhnya yang kita inginkan adalah untuk memiliki rasa percaya diri. Apakah dengan berat badan yang menurun kita langsung akan memiliki rasa percaya diri yang baik? Belum tentu. Banyak dari kita tentu mengenal satu atau dua orang teman yang kita pikir telah memiliki berat badan ideal, namun masih saja cemas dan risih dengan penampilannya sehari-hari.
Mengetahui alasan di balik keinginan-keinginan kita akan memungkinkan kita untuk bertemu dengan keinginan-keinginan yang kita yang paling dalam. Keinginan-keinginan kita yang sejati.
4. Kita menginginkan terlalu banyak hal untuk dicapai atau dimiliki.
Ada berapa banyak hal yang kita tuliskan dalam Resolusi Tahun Baru kita? Lebih dari 5 atau 10? Bagaimana jika kita harus menguranginya menjadi 3?atau bahkan 1 hal saja? Hal-hal mana saja yang akan kita coret dari daftar resolusi kita, dan hal-hal mana saja yang akan tetap kita pertahankan karena hal-hal tersebut sungguh-sungguh penting dan berarti untuk kita?
Ketika melihat begitu banyak hal yang ingin kita capai atau miliki dalam Resolusi Tahun Baru kita, seringkali kita akan merasa kewalahan dan ini sudah dibuktikan melalui beberapa contoh seperti yang dikutip dari laman Gres. Sepertinya PR kita masih begitu banyak, sementara kita hanya memiliki 365 hari untuk mewujudkan semuanya. Dengan prioritas yang tepat, kita bisa memilih 1 sampai 3 hal saja untuk kita wujudkan di tahun baru. Jika memang hal-hal ini telah tercapai di pertengahan tahun, kita bisa melanjutkan dengan hal-hal berikutnya yang masih ingin kita raih dalam daftar resolusi kita.
5. Kita tidak membuat rencana untuk mewujudkannya.
Setelah menuliskan Resolusi Tahun Baru kita, apakah kita juga menghabiskan cukup waktu untuk membuat rencana demi mewujudkannya? Jika tidak, besar kemungkinan resolusi kita itu akan terabaikan begitu saja seiring bulan demi bulan berlalu. Membuat rencana adalah salah satu cara yang bisa membantu kita memecah Resolusi Tahun Baru yang ingin kita raih menjadi langkah-langkah kecil yang bisa ditekuni setiap hari.
Jika kita ingin menabung 6 juta rupiah agar bisa bepergian di akhir tahun, maka setiap bulan kita harus menyimpan 500 ribu rupiah dalam dana traveling kita. Ini berarti menabung sekitar 17 ribu rupiah setiap harinya selama setahun. Bagaimana kita melakukannya? Apakah kita perlu berhemat dengan tidak membeli kopi di gerai-gerai yang mahal dan membawa kopi sendiri dari rumah? Apakah kita perlu mengambil pekerjaan sambilan untuk menambah penghasilan? Apa saja hal yang bisa kita lakukan untuk memastikan bahwa kita akan dapat menyisihkan 17 ribu rupiah setiap harinya?
Membuat rencana membantu kita untuk berpikir secara sistematis dan realistis. Memecah Resolusi Tahun Baru kita ke dalam langkah-langkah kecil akan membantu kita untuk menyicilnya pelan-pelan, sehingga prosesnya akan terasa lebih ringan dan lebih mudah kita pantau.
Dengan mengetahui 5 alasan ini, semoga kita bisa membuat resolusi kita tahun ini terwujud, ya