Memperingati Hari Disabilitas Internasional yang jatuh tanggal 3 Desember di setiap tahunnya, mengingatkan kita kepada para atlet yang pernah berlaga di Asian Para Games, maupun berbagai kejuaraan lainnya. Mereka menunjukkan ability yang mereka punya dan pulang dengan memboyong berbagai medali yang didapatkan dengan usahanya sepenuh tenaga. Tentu, para atlet tersebut juga berkolaborasi dengan tim Indonesia dan keluarga yang selalu setia memotivasinya. Pulang dengan penghargaan dan ability yang layak diakui semua orang, membuat kita belajar banyak hal. Sebab, mereka yang merasakan adanya kekurangan pada tubuh malah terkesan lebih sehat dengan segala keahliannya.
Kenyataan itu pun membuat banyak orang semakin membuka mata dan akhirnya mengakui, bahwa di balik sebutan disabilitas yang disandangkan pada mereka, justru ada ability yang sangat berguna bagi negara. Nah, berikut ini deretan 3 atlet wanita Indonesia yang harumkan nama bangsa dan bisa menjadi inspirasimu, Ladies!
1. Laura Aurelia Dinda atlet difabel renang Indonesia di Asian Para Games 2017
Dulunya Laura adalah atlet renang Indonesia yang sudah mengenal olahraga ini sejak duduk di bangku sekolah dasar. Baginya, kolam renang adalah tempat yang harus selalu ia kunjungi. Sekali saja tidak bertemu kolam renang, Laura akan gelisah dan merasa ada yang kurang dalam hidupnya. Namun, sebuah kecelakaan terjadi tepat satu hari sebelum berlangsungnya Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA). Laura terjatuh dari kamar mandi dan itulah yang menyebabkan dirinya tak bisa berjalan lagi dengan normal. Kecelakaan itu pun membuat Laura harus menggunakan kursi roda kemana pun ia pergi sebab dokter telah menyatakan bahwa tulang punggungnya patah, sehingga ia tak bisa menggerakkan kakinya seperti semula. Beberapa waktu kemudian ia sempat depresi akan keadaannya saat itu, hingga pada akhirnya ia nekat memberanikan diri kembali nyemplung ke kolam untuk berenang.
Laura pun harus memulai lagi segalanya dari nol dan Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XV/2016 menjadi kompetisi pertamanya sebagai atlet difabel. Dalam kejuaraan itu, Laura berhasil membawa pulang medali perak. Tahun 2017 lalu, Laura kembali mengikuti kompetisi di ajang Asian Para Games untuk nomor renang gaya bebas putri 100 meter kategori S6, serta 50 meter kategori S5, ia pun sukses membawa pulang 2 medali emas untuk Indonesia. Ia mampu menaklukan kolam dan berenang cepat tanpa menggunakan kaki. Amazing banget ya, Ladies!
2. Syuci Indriani atlet difabel renang Indonesia di Asian Para Games 2018
Menjadi atlet penyandang disabilitas yang membawa pulang medali terbanyak untuk Indonesia membuat nama Syuci Indriani semakin gemilang. Jerih payahnya mengumpulkan satu demi satu medali emas dalam satu ajang lomba Asian Para Games 2018 sangat patut diacungi 2 jempol. Syuci pun membabat habis lawan-lawannya dengan membawa total 4 medali emas dalam nomor 100 meter renang gaya dada putri. Syuci adalah seorang tuna grahita. Ia memiliki pelatih yang sangat sabar melatihnya, terutama ketika menghadapi Syuci yang mudah lupa jika diajarkan mengenai satu gerakan dalam renang. Kesabaran ekstra sang pelatih dan keluarganya menjadi motivasi Syuci untuk terus berlatih dan akhirnya pulang dengan menggondol emas terbanyak pada Asian Para Games 2018 lalu, Ladies.
Secara kasatmata, Syuci seperti manusia normal pada umumnya. Tubuhnya tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan. Sebab, Syuci adalah seorang tuna grahita yang memiliki IQ di bawah 75. Sehingga, hal itu membuat Syuci tidak mudah memahami apa yang diajarkan pelatihnya. Akan tetapi, semangat Syuci untuk berenang dan membawa pulang emas bisa menjadi bukti, bahwa seorang difabel ternyata bisa mengharumkan nama bangsa.
3. Karisma Evi Tiarani atlet difabel lari Indonesia di Kejuaraan Dunia Para Atletik di Dubai
Beberapa hari lalu, Karisma Evi Tiarani berhasil memecahkan rekor di Kejuaraan Dunia Para Atletik di Dubai karena mampu menyelesaikan perlombaan nomor 100 meter lari putri kelas T36 dengan catatan waktu 14,72 detik. Ia pun berhasil membawa pulang medali emas dan otomatis mendapat tiket ke Paralimpik 2020 di Tokyo, Jepang. Sebelum mengikuti ajang kompetisi tersebut, Evi tidak membidik medali emas, sebab ia tahu para pesaingnya adalah senior yang sudah terlalu mahir. Tapi, semangat yang dimiliki Evi tidak mengendurkan keinginannya untuk setidaknya menjadi juara yang mewakili Indonesia. Pada Agustus lalu, Evi juga berhasil memecahkan rekor dunia pada turnamen Handisport Paris Open dengan catatan waktu 14,90 detik. Evi mampu membuktikan kepada dunia, bahwa meskipun ia menyandang tunadaksa, namun ability yang ia punya bisa mengalahkan sebutan disabilitas yang kerap disandangnya.
Jadi, dari ketiga atlet difabel berprestasi tadi, mana nih yang menjadi jagoanmu, Ladies?