Ladiestory.id - Menjalani kehidupan 13 tahun sebagai Orang Dengan HIV/AIDS (ODHIV/ODHA), bagi Hartini bukanlah hal yang mudah. Berawal ketika dua minggu sebelum anaknya meninggal, Hartini diberitahu bahwa dirinya kemungkinan besar mengidap HIV/AIDS. Ketakutannya pun terbukti. Tepatnya pada 15 Februari 2008 ia dinyatakan sebagai ODHA setelah serangkaian tes yang telah dilakukannya.
Diceritakan oleh Hartini kepada tim Ladiestory.id, putra ketiganya tersebut meninggal di usia 9 bulan. Sayangnya, saat itu, Hartini tidak mengetahui penyakit penyerta dari HIV tersebut yang membuat anaknya kehilangan nyawa. Selain itu penolakan pengobatan kepada sang anak dari mantan suaminya pun membuat dirinya terpaksa kehilangan putra ketiganya tersebut.
Berbagai penyakit sempat ia rasakan ketika awal dinyatakan HIV/AIDS oleh dokter, mulai kandidiasis oral, anemia berat, hingga sekujur tubuhnya luka dan bernanah. Penyakit ini pun membuat Hartini kehilangan banyak berat badannya.
Hartini pun dinyatakan mengidap penyakit HIV/AIDS Stadium 4, dan saat mendengar pernyataan tersebut, Hartini tidak sedikit pun meneteskan air mata. Pasalnya, Hartini merasa telah mengalami hal yang lebih menyakitkan daripada menderita HIV/AIDS, yakni mengalami kekerasan dalam rumah tangga oleh pria yang saat itu menjadi suami sekaligus yang menularkan penyakit tersebut.
"Begitu saya divonis HIV/AIDS saya tuh gak nangis, saya pikir, ya sudah, (lebih baik) saya mati karena HIV bukan karena dipukuli, kayaknya gitu kan. Kasihan orang tua saya kan ngeliat saya mati karena dipukuli suami," ungkapnya.
Lebih lanjut Hartini menambahkan bahwa selama berumah tangga dirinya pernah mengalami pendarahan sebanyak enam kali dan melakukan CT Scan di bagian kepala sebanyak dua kali.
Keras dan beratnya masalah yang dialami Hartini, ditambah perjuangannya seorang diri melawan penyakit HIV/AIDS, tak membuat Hartini menyerah. Mendapat support dari anak pertamanya, Widia, dan ibunya, Hartini merasa memiliki kekuatan tersendiri untuk selalu dalam keadaan sehat, meski mengidap HIV/AIDS.
Setelah 3 bulan berangsur pulih, sebagai ODHA ia harus memiliki motivasi untuk terus semangat melanjutkan hidup. Hartini mengungkapkan, Widia memiliki keyakinan yang besar terhadap dirinya untuk tetap sembuh.
“'Widia yakin sampai nanti dirinya lulus sekolah, kuliah bahkan punya anak, Umi masih ada buat Widia',” ungkap Hartini menceritakan ucapan anak pertamanya.
Keajaiban pun nyata, ternyata keyakinannya pun terwujud. Hingga saat ini, Hartini masih ada dan produktif bekerja, bahkan Hartini sudah memiliki cucu yang sehat dari Widia.
Hartini mengungkapkan bahwa menurutnya para perempuan ODHIV merupakan perempuan kuat pilihan Tuhan yang memang sanggup melewati penyakit tersebut. Kehilangan anak dan mendapatkan banyak cobaan dari Tuhan tidak lantas diartikan sebagai sebuah musibah oleh Hartini. Semuanya ia terima dan jalani sebagai bagian dari kehidupan.
Sebagai seorang ibu, Hartini tidak menampik ketakutan untuk menularkan penyakit HIV/AIDS-nya kepada anak-anaknya. Namun saat mengalami keterpurukan, kekuatan dan keyakinan dari anaknya pula lah yang dapat membangkitkan semangat Hartini sebagai seorang ibu.
"Kita gak sendiri, kita sama2 berjuang, kita sama-sama bisa laluin semuanya. Karena anak adalah sumber kekuatan yang luar biasa," tegas Hartini.
Selamat Hari Ibu, para perempuan kuat!